Rabu, 24 April 2019

Jurnal Praktikum Kimia Organik 1 (Keisomeran Geometri “Pengubahan Asam Maleat menjadi Fumarat”)

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kimia

uy8w69s8yiksgsjatj7ust7uqts6uwtshajgsvhj, 22 Februari 2019Jumat, 22 Februari 2019

ye8hwidiuhuwdssfffagsjskbkjhkJumat, 22 Februari 2019


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I

Jumat, 22 Februari 2019


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK 




Jum'at,26 April 2019




JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I





NAMA    : MITA ISTIANA
NIM       : A1C117083




DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




PERCOBAAN 9

I.Judul                         : Keisomeran Geometri “Pengubahan Asam Maleat menjadi Fumarat”

II.Hari/Tanggal           : Jum’at/26 April 2019

III.Tujuan

  Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1.      Dapat mengetahui azaz dasar keisomeran ruang khususnya isomer geometri.
2.      Dapat mengetahui perbedaan konfigurasi cis dan trans secara kimia.

IV.Landasan Teori

  Pada suatu senyawa organik dapat memiliki satu atau lebih gugus fungsi yang terikat pada atom karbon berikatan tunggal atau ikatan rangkap. Gugus atau atom yang terikat pada atom karbon yang berikatan tunggal akan bebas berotasi sepanjang ikatan tunggal -C-C- sehingga tidak dapat dibedakan orientasi bidang ruang gugus fungsinya dan sebaliknya suatu gugus atau atom yang terikat pada senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap atau rantai atom karbonnya siklik maka gugus atau atom tersebut tidak dapat berotasi bebas sehingga orientasi ruang gugus atau atomnya dapat diidentifikasi sehingga disebut juga dengan  isomer geometri (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/).

  Dalam ilmu kimia, isomer ialah molekul-molekul dengan rumus kimia yang sama (dan sering dengan jenis ikatan yang sama) namun memiliki susunan atom yang berbeda. (dapat diibaratkan sebagai sebuahanagram). Kebanyakan isomer memiliki sifat kimia yang mirip satu sama lain. Juga terdapat istilah isomer nuklir, yaitu inti-inti atom yang memilikitingkat eksitasi yang berbeda. Contoh sederhana dari suatu  isomer adalah C3H8O. Terdapat 3 isomer dengan rumus kimia tersebut, yaitu 2 molekul alkohol dan sebuah molekul eter. Dua molekul alkohol yaitu 1-propanol (n-propil alkohol, I), dan  2-propanol (isopropil alkohol, II). Pada moleku lI, atom oksigen terikat pada karbon ujung, sedangkan pada molekul II atom oksigen terikat pada karbon kedua (tengah). Kedua alkohol tersebut memiliki sifat kimia yang mirip. Sedangkan isomer ketiga, metil etil eter,memiliki perbedaan sifat yang signifikan terhadap dua molekul sebelumnya. Senyawa ini bukan sebuah alkohol, tetapi sebuah eter,dimana atom oksigen terikat pada dua atom karbon, bukan satu karbon dan satu  hidrogen seperti halnya alkohol. Eter tidak memiliki gugus hidroksil (Underwood, 1987).

  Dua gugus yang terletak pada satu sisi ikatan pi disebut cis (latin,“pada sisi yang sama”). Gugus-gugus yang terletak pada sisi yang berlawanan disebut trans (latin, “bersebrangan”) . Pasangan isomer ini termasuk dalam kategori umum  stereoisomer; senyawa berlainan mempunyai struktur yang sama, berbeda hanya dalam penataan atom-atom dalam ruangan.3 isomer geometri (juga disebut isomer cis-trans) ; stereoisomer-stereoisomer yang berbeda karena gugus-gugus berada pada satu sisi atau pada sisi-sisi yang berlawanan  terhadap letak ketegaran molekul (Fessenden, 1997).

  Tipe isomer ruang dimana 2 senyawa berbeda dalam  hal kedudukan relatif 2 gugus terikat disekitar ikatan rangkapnya. Sebagai contoh  adalah  asam  fumarat dan  asam  maleat. Pada asam fumarat, kedua gugusnya yaitu gugus – COOH dan gugus  – H terletak pada sisi ikatan rangkap yang sama (disebut bentuk cis) sementara pada asam  maleat kedua gugus tersebut terletak pada sisi ikatan rangkap yang berlawanan (disebut bentuk trans). Isomer geometris disebut juga isomer Cis-trans.Contoh lainnya adalah senyawa 1,2-dikloroetena (Mulyono, 2005).

  Sebagian alkena mempunyai isomer geometri cis-trans yang merupakan tipe dari diastereoisomer. Isomer cis bukan bayangan cermin isomer trans. Isomer cis-trans didefinisikan sebagai pengaturan letak substituent-substituen  pada suatu bidang acuan. Apabila gugus-gugus terletak sebidang maka disebut cis, sedangkan apabila gugus-gugus terletak berseberangan disebut trans. Isomer cis memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda dengan isomer trans. Perbedaan yang paling mudah diukur dan dengan jelas membedakan sifat-sifat keduanya adalah : momen dipol, titik didih, densitas, indeks bias, spektra UVvis, spektra vibrasi (IR-Raman), spektra NMR dan spektra massa. Pada reaksi hidrogenasi katalitik diasumsikan molekul alkena teradsorbsi secara horizontal ke bidang reaksi diikuti terbentuknya kompleks π dengan situs aktif, atau putusnya ikatan π diikuti terbentuknya dua ikatan σ dengan situs aktif. Atom-atom hidrogen teradsorbsi kemudian menyerang naik dari permukaan ke sisi teradsorbsi dari ikatan rangkap ( Muchalal,2004).

V.Alat dan Bahan

 5.1.Alat
·    Erlenmeyer 125 ml
·    Pembakar Bunsen
·    Corong Buchner
·    Labu Bulat 400 ml
·    Alat Penentu Titik Leleh
·    Kertas Saring
·    Kondensor Refluks

5.2.Bahan
·      Anhidrida Maleat
·      HCl pekat

VI.Prosedur Kerja

   Didihkan 20ml air suling didalam Erlenmeyer 125ml dan tambahkan 15 gr anhidrida maleat. Anhidrida ini mula-mula akan melebur (153˚C), kemudian bereaksi dengan air menghasilkan asam maleat yang sangat larut dalam air panas (400gr/100ml air panas) bahkan mudah larut dalam air dingin (79gr/100ml) pada 25˚C. Setelah larutan menjadi jernih, dinginkan labu dibawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal dari larutan. Kumpulkan asam maleat diatas corong Buchner, keringkan dan tentukan titik lelehnya. Jangan dibuang filtrate yang mengandung banyak maleat terlarut.
   Pindahkan larutan filtrat ke dalam labu bunddar 100ml, tambahkan 15ml HCl pekat dan refluks perlahan-lahan selama 10 menit. Kristal asam fumarat akan segera mengendap dari larutan (kelarutannya dalam air 9,8 gr/100 ml pada 100 dan 0,7 gr/100ml pada 25˚C). Dinginkan larutan pada suhu kamar, kumpulkan asam fumarat dalam corong Buchner dan rekristalisasi dalam air (kira-kira 12 ml per gr asam). Tentukan titik lelehnya dengan menggunakan melting blok logam.

Video terkait praktikum ini : https://www.youtube.com/watch?v=Jz33rBxxsqU

Pertanyaan :
1.      Mengapa senyawa alkuna tidak memiliki isomer geometri? jelaskan!
2.      Sebutkan macam-macam dari isomer?
3.      Senyawa alkana yang paling rendah yang dapat memiliki isomer adalah ?

Selasa, 16 April 2019

Jurnal Praktikum Kimia Organik 1 (Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom)

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kimia

uy8w69s8yiksgsjatj7ust7uqts6uwtshajgsvhj, 22 Februari 2019Jumat, 22 Februari 2019

ye8hwidiuhuwdssfffagsjskbkjhkJumat, 22 Februari 2019



LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I

Jumat, 22 Februari 2019



LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK 




Kamis,18 April 2019




JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I





NAMA    : MITA ISTIANA
NIM       : A1C117083




DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




PERCOBAAN 8


I.Judul               : Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom

II.Hari/Tanggal : Kamis/18 April 2019

III.Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :

1.      Dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom.
2.      Dapat membuat pelat kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom.
3.      Dapat memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan        memurnikannya dengan kolom.
4.      Dapat memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom.

IV.Landasan Teori

  Kromatografi  merupakan salah satu teknik analisis di dalam kimia organik khususnya yang biasa digunakan untuk memisahkan campuran zat menjadi komponen-komponen penyusunnya, sehingga masing-masing komponen tersebut dapat dianalisis secara menyeluruh. Terdapat berbagai  jenis kromatografi diantaranya, kromatografi lapis tipis , kromatografi cair, khromatografi gas, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas, dimana semua teknik khromatografi tersebut menggunakan prinsip dasar yang sama. Prinsip pemisahannya didalam khromatograsi adalah komponen penyusun suatu zat terletak pada  perbedaan afinitas atau gaya adesi dari setiap jenis analit terhadap fasa diam dan fasa gerak sehingga masing-masing komponen penyusun suatu zat terpisah satu sama lain. Afinitas suatu analit ditentukan oleh daya adsorpsinya terhadap fasa diam ‘ dan Kelarutan analit tersebut terhadap fasa gerak yang digunakan. Makin kuat adsorpsi suatu analit terhadap fasa diamnya dan kelarutannya yang kecil terhadap fasa gerak maka waktu tinggalnya dalam kolom lebih lama dibandingkan dengan analit yang daya adsopsinya lemah terhadap fasa diam dan kelarutannya tinggi dengan fasa gerak yang digunakan (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).

  Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber.Adsorben dilapiskan pada lembengkaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam.Fase bergerak akan menyerap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatografi.Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka.Metode ini sederhana,cepat dalam pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan (Khopkar,2007).

  Kromatografi lapis tipis (KLT) pada dasarnya sangat mirip dengan kromatografi kertas terutama pada cara melakukannya.Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahannya,yakni digunakannya lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca,aluminium atau plastic sebagai pengganti kertas.Adsorben dilapukkan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fasa diam.Fasa bergerak akan merayap sepanjang fasa diam dan terbentuklah kromatogram yang dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka (Ira,2017).

  Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan kromatografi kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih banyak. Kerapkali, noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar ultra violet dapat ditampakkan dengan cara mendedahkan papan pengembang pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu (Yohanes, 2017).

Dalam teknik kromatografi,campuran senyawa dapat dipisahkan menjadi komponennya berdasarkan pendistribusian zat antara dua fase yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile).Azaz penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefesien distribusi yang berbeda diantara kedua fase yang disebut tadi.Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan lebih lama tinggal dalam fase gerak dan bergerak cepat dalam system kromatografi.Sebaliknya senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan bergerak lambat.Sebagai bahan penjerap (stasioner) digunakan silika gel (SiO2.H2O) alumina terhidrasi (Al2O3).Permukaan bahan ini memiliki kemampuan menjerap senyawa organic.Pada  kromatografi lapis tipis (TLC),bahan penjerap diletakkan tersebar pada plat kaca,aluminium,ataupun plastic.Dibandingkan dengan teknik kromatografi lainnya,metode lapis tipis memiliki kelebihan yaitu pengerjaannya yang lebih cepat,kebutuhan bahan dapat disesuaikan dengan keperluan dan pemisahannya baik (Tim Kimia Organik,2005).

V. Alat & Bahan

5.1 Alat

  • Pelat Kaca Kecil
  • Kertas Saring
  • Pita Selotip
  • Gelas Piala
  • Batang Pengaduk
  • Pipa Gelas Kapiler
  • Pelat TLC Kecil
  • Bejana Pengembang
  • Tabung Reaksi
  • Kolom Kromatografi
  • Piper Tetes
  • Pensil Lunak
  • Bejana pengembang
5.3 Bahan 

·      Air
·      Metanol
·      Etanol
·      Kloroform
·      Etil-asetat
·      n-heksana
·      Serium Sulfat 
·      Suspensi Silika Gel
·      Larutan zat Autentik
·      Larutan Pengambang
·      Contoh Daun
·      Larutan Sampel
·      Aseton

VI. Prosedur Kerja

 6.1 Kromatografi Lapis Tipis 

  Disiapakn plat TLC,kemudian dibuat larutan pengembangan dalam gelas piala 1 liter dengan etanol:metanol:kloroform: etil-asetat:n-heksana:aseton (40:68:115:140:152) ml.Kemudian diambil masing-masing sampel yang sudah diekastrak dibubuhkan (ditotolkan) diatas plat TLC dengan jarak kira-kira 1 cm dari tepi pelat kaca.Dikeringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup).Kemudian diimasukkan pelat kedalam bejana pengembang.Dimasukkan plat kedalam bejana pengembang serta dibiarkan proses ini berlangsung sampai garis mencapai 1 cm dari tepi atas plat.Diangkat plat dari bejana kemudian dilihat noda dengan lampus UV atau dibuat larutan dengan serium sulfat.Dihitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.

6.2 Kromatografil Kolom 

Disiapkan 10 eksttrak daun dan disiapkan kolom kromatografi.Disumbat bagian bawah kolom dengan glass wool.Kemudian dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal.Selanjutnya dimasukkan larutan tersebut ke dalam kromatografi kolom serta dimasukkan sampel yang akan dikromatografi.Diteteskan terus-menerus pelarut kedalam kolom.Ditampung tetesan yang keluar dari kolom dengan tabung reaksi kemudian dipisahkan berdasarkan warnanya.





Pertanyaan :

1.  Silika merupakan suatu komponen dari Kromatografi Lapis Tipis, mempunyai fungsiapakah silika dalam KLT?
2.   Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kesetimbangan antar fase diam dan fase gerak pada kromatografi lapis tipis?
3.  Bagaimana cara agar bercak dari substansi tidak berwarna yang digunakan pada kromatografi lapis tipis menjadi terlihat?
Laporan Praktikum Kimia Organik 1 (Sintesis Aseton)

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kimia

uy8w69s8yiksgsjatj7ust7uqts6uwtshajgsvhj, 22 Februari 2019Jumat, 22 Februari 2019

ye8hwidiuhuwdssfffagsjskbkjhkJumat, 22 Februari 2019



LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I

Jumat, 22 Februari 2019



LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK 




Kamis,18 April 2019




LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I





NAMA    : MITA ISTIANA
NIM       : A1C117083




DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




PERCOBAAN 6




VII.Data Pengamatan

7.1.Sintesis aseton dengan menggunakan indikator Kalium permanganate.

NO
PERLAKUAN
HASIL PENGAMATAN
1.
8 ml aquades ditambah dengan 26 ml 2-propanol dan 12 ml asam sulfat pekat.
Larutannya larut, warnanya bening dan terasa panas dengan suhu ± 50˚C.
2.
Larutan tadi dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambah dengan 16 gram kristal KMnO4.
Warna larutan berwarna ungu, seperti mendidih. Ketika didiamkan berubah warna menjadi coklat pekat.
3.
Dimasukkan baru didih dan dilakukan destilasi pada suhu 75˚C – 80˚C.
Didapatkan tetesan pertama destilatnya 78˚C pada waktu 3 menit dan tetesan terakhir pada suhu 76˚C pada waktu 6 menit 54 detik.
4.
Diukur volume aseton yang didapat.
Volume aseton yang didapat 40 tetes sama dengan 2 ml.
5.
Bau yang ditumbulkan dibandingkan dengan aseton murni.
Baunya sama dengan aseton murni.

7.2.Sintesis aseton dengan menggunakan indikator Kalium dikromat.

NO
PERLAKUAN
HASIL PENGAMATAN
1.
Kedalam gelas kimia besar dimasukkan 27.5 ml asam sulfat pekat ditambah 29.2 ml 2-propanol dan 25 ml aquades.
Larutannya tetap beninng dan menimbulkan panas sekitan 67˚C dan didiamkan.
2.
Kedalam corong pisah dimasukkan 10 gram kalium dikromat dan 100 ml aquades.
Kristal kalium dikromatnya larut dan larutan berwarna orange.
3.
Campuran yang didalam gelas kimia besar dipanaskan sampai mendidih.
Campuran larutannya mendidih.
4.
Lalu ditambahkan larutan kalium dikromat secara perlahan.
Ketika ditambahakan larutan menjadi hijau tosca lama kelamaan menjadi hijau tua, menimbulkan gelembung.
5.
Dilakukan destilasi hingga suhu 75˚C.
 Pada suhu 83˚C tepat tetesan destilatnya menetes dengan waktu 7 menit 44 detik.
6.
Dihitung rendemennya.
Didapatkan 40 tetes filtrat yang metes, sama dengan 2 ml.

VIII.Pembahasan

  Aseton atau 2-propanon merupakan senyawa keton yang paling sederhana, tidak berwarna, mudah menguap dan juga termasuk pelarut organik yang mudah terbakar. Secara alamiah aseton bisa ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, dan juga sebagai hasil penguraian metabolisme lemak pada hewan. Aseton juga ada dalam jumlah sangat sedikit pada urin dan darah manusia  tetapi dalam jumlah banyak ditemukan pada penderita diabetes.Kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak seperti dapat digunakan untuk membersihkan warna kuteks, key board laptop atau komputer yang kotor, bahkan juga utk membuat lantai lebih mengkilap, menghilangkan noda pada cangkir yang terbuat dari porselin, membuat sepatu anda semakin mengkilap, menghilangkan goresan pada kaca jam tangan anda, termasuk membersihkan whiteboard yang sudah kotor karena tinta spidol (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/03/sintesis-aseton/).

8.1. Sintesis aseton dengan menggunakan indikator Kalium permanganate.

  Pada percobaan ini kami melakukan sintesis aseton dengan menggunakan kalium permanganat. Langkah awal yang kami lakukan yaitu kedalam labu dasar bulat diisi dengan 8 ml aquades ditambahkan dengan 26 ml 2-propanol dan 12 ml asam sulfat pekat dimana hasilnya campuran  larutan berwarna bening dan menimbulkan reaksi panas dengan suhu yang diukur sekitar ± 50 ˚C.Kemudian campuran larutan ditambah dengan kristal kalium permanganat sebanyak 16 gram sehingga larutan mengalami perubahan warna menjadi ungu dan larutannya itu seperti mendidih. Disaat campuran larutan itu didiamkan warnanya berubah lama kelamaan menjadi warna coklat pekat. Kemudian kami tambahkan batu didih yang akan berfungsi untuk meratakan panas agar menghindari terjadinya bumping. Langkah selanjutnya kami melakukan destilasi dengan suhu 75˚C – 80˚C. Hasil yang kami peroleh yaitu tetesan pertama destilatnya yaitu tepat menetes pada suhu 78˚C dengan waktu 3 menit dan tetesan terakhir (40 tetes) pada waktu 6 menit 54 detik dengan suhu 76˚C.Adapun volume destilat yang kami dapat yaitu 40 tetes atau sama dnegan 2 ml, bau destilat yang kami dapatkan itu baunya seperti balon yang tentunya sama dengan bau dari aseton murni.

8.2.Sintesis aseton dengan menggunakan indikator Kalium dikromat.

  Pada percobaan sintesis aseton dengan kalium dikeromat,hal yang akan dilakukan yaitu mengoksidasi isipropil alkohol atau 2 propanol yang akan menghasilkan aseton dengan bantuan kalium dikromat sebagai oksidatornya. Langkah awal yang kami lakukan yaitu kedalam gelas kimia besar dimasukkan asam sulfat pekat sebnayak 27.5 ml dan ditambah dengan 2-propanol sebanyak 29.2 ml serta 25 ml aquades hasil yang kami dapatkan yaitu larutannya tetap berwarna bening ketika dicampurkan dan menimbulkan rasa panas yang suhunya ketika diukur sekitar 67˚C lalu kami diamkan.Selanjutnya kami membuat larutan kalium dikromat dengan mencampurkan kristal kalium dikromat yang berwarna orange sebanyak 16 gram kedalam 100 ml aquades ,hasilnya yaitu kristal kalium dikromatnya larut dan larutan berwarna orange yang berasal dari kalium dikromat. Langkah berikutnya yang kami lakukan yaitu mencampurkan campuran larutan yang ada didalam gelas kimia besar tadi dipanaskan sampai mendidih, lalu dimasukkan kedalam labu dasar bulat yang telah diisi dengan batu didih yang berfungsi untuk meratakan panas agar menghindari terjadinya bumping. Lalu ditambahkan dengan larutan kalium dikromat yang berada di corong pisah secara perlahan,Adapun pada tetesan pertama warna larutan berubah menjadi hijau tosca kemudian ditetesi terus menerus sampai 40 tetes warnanya makin lama makin menjadi warna hijau pekat atau hijau tua dan juga menimbulkan gelembung. Lalu dilakukan destilasi pada suhu 83˚C tepat tetesan pertama destilat menetes dengan waktu 7 menit 44 detik. Kami mendapatakan 40 tetes destilat atau sama dengan 2 ml dimana baunya kami bandingkan dengan aseton murni dan didapatakan bau yang sama.

IX.Pertanyaan Pasca

1.   Mengapa larutan 2-propanol yang telah ditambahkan air kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat,campuran larutannya menjadi panas?
2.      Oksidator apa saja yang digunakan pada praktikum ini untuk membuat aseton?
3.      Bagaimana bau dari hasil destilat yang dihasilkan?Apakah bau yang dihasilkan sama dengan bau dari aseton murni!

XI.Kesimpulan

1.    Adapun macam-macam cara pembuatan dari aseton yaitu destilasi kering kalsium asetat, terbuat dari asam asetat dengan bantuan katalis mangan (II) karbonat dengan suhu 110-120˚C dan juga bisa dengan oksidasi alkohol skunderdalam suasana asam dengan menggunakan 2-propanol dengan bantuan kalium dikromat.
2.      Sifat kimia aseton :
  • merupakan reduktor yang lebih lemah daripada aldehid
  • dapat menghasilkan alkohol sekunder
  • apabila dikondensasi dengan asetilen membentuk 2 metil 3 butynediol, suatu intermediate untuk isoprene.
  • apabila dengan hidrogen sianida dalam kondisi basa akan menghasilkan aseton sianohidrin
XII.Daftar Pustaka

Krik and Othmer.1994. Encyclopedia Of Chemical Technology. New York : Wiley. 
Mitrayana.2014. Pengukuran Konsentrasi Gas Aseton (C3H6O) dari Gas Hembus Relawan Berpotensi Penyakit Diabetes Mellitus dengan Metode Spektroskopi Fotoakustik Laser. Jurnal Fisika Indonesia Vol 18 No 54.
Maksum Radji.2004.Uji Mutagenisitas dan Anti Kanker Ekstrak Aseton dan n-hekasana dari Kulit Batang Sesoot ( Garcinia picrorrhiza Miq. ). Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.2.
Syamsurizal.2019.http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/03/sintesis-aseton/.Dikutip tanggal 17 April 2019.
Tim KBI Organik .2014.Penuntun Praktikum Sintesis Kimia Organik.Depok:Universitas Indonesia.

XIII.Lampiran





Rangkaian alat untuk destilasi


Hasil destilat menggunakan oksidator Kalium permanganat


Hasil destilat menggunkan oksidator kalium dikromat